Kamis, 12 Agustus 2010

MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MEMBANDING PECAHAN MELALUI ALAT PERAGA SENI MELIPAT KERTAS (ORIGAMI) MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD KELAS III SDN SINAR BARU 1 KECAMATAN RANTAU BADAUH

A.     PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang Masalah
Penyelenggaraan pendidikan di sekolah khususnya pengajar pada hakikatnya selalu mengacu pada kurikulum yang berlaku. Kurikulum disusun berdasarkan tujuan penelitian Pendidikan Nasional dengan memperhatikan tahap perkembangan peserta didik dan disesuaikan dengan lingkungan, kebutuhan serta perkembangan ilmu dan teknologi. Berdasarkan kurikulum Pendidikan Nasional tahun 1994 bahwa mata pelajaran matematika berfungsi untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bilangan dan simbol, serta mempertajam penalaran untuk menyelesaikan permasalahan kehidupan sehari-hari.
Dengan demikian matematika merupakan bidang kajian yang objeknya bersifat abstrak. Maka tidak mengherankan apabila banyak siswa yang merasa kesulitan untuk memahami konsep-konsep matematika yang bersifat abstrak tersebut, sehingga matematika dipandang sebagai salah satu pelajaran yang sangat penting dalam kurikulum sekolah. Untuk membantu siswa memahami konsep-konsep matematika yang abstrak itu adalah melalui penggunaan alat peraga atau media tertentu seperti gambar, ilustrasi, dan lain-lain. Melalui alat peraga atau media yang digunakan, diharapkan siswa dapat meningkatkan hasil belajar yang lebih baik.
Penggunaan alat peraga atau media dalam pembelajaran matematika merupakan bagian penting dari prinsif yang dianut model pembelajaran efektif seperti yang dikembangkan oleh Cale dan Chan (1944). Model tersebut didasarkan pada keyakinan bahwa terdapat prinsif-prinsif teridentifikasi yang sangat bermanfaat sebagai acuan untuk melakukan pembelajaran secara efektif. Model tersebut dikembangkan dengan berdasarkan pada berbagai hasil penelitian dan observasi misalnya seperti yang dilakukan Bicher dan Snaerman (1982), Brophy dan Gaad (1986) serta Walberg (1984), Suryadi (1998). Konsep pecahan merupakan salah satu materi pembelajaran matematika di kelas III Sekolah Dasar yang menuntut kemampuan optimal siswa untuk memahaminya dengan baik. Jika pemahaman dan pengetahuan tidak mapan, maka siswa akan mengalami kesulitan dalam mempelajari konsep perbandingan pecahan.
Berdasarkan pengalaman mengajar selama ini, kenyataan yang ada di kelas III SDN Sinar Baru 1 Kecamatan Rantau Badauh, sekitar 20 persen siswa yang dapat menguasai konsep pecahan dengan tuntas, sedangkan 80 persen mengalami kesulitan memahami dan menguasai konsep tersebut dengan baik. Dengan kata lain, kemampuan siswa kelas III SDN Sinar Baru 1 Kecamatan Rantau Badauh dalam menyelesaikan perbandingan cenderung lambat dikuasai.
2.      Rumusan dan Pemecahan Masalah
a.   Masalah yang akan dirumuskan adalah sebagai berikut : “ Apakah melalui kegiatan pembelajaran kooperatif tipe STAD dan penggunaan media seni melipat kertas (origami) dapat meningkatkan kemampuan siswa Kelas III SDN Sinar Baru 1 Kecamatan Rantau Badauh dalam membandingkan pecahan”.
b.   Untuk mengatasi lambatnya kemampuan siswa Kelas III SDN Sinar Baru 1 Kecamatan Rantau Badauh dalam keterampilan membandingkan pecahan, maka dicoba melalui pembelajaran model kooperatif tipe STAD serta menggunakan seni melipat kertas (origami) sebagai peragaan.

B.      KAJIAN TEORI
1.   Pengertian Matematika
a.   Pentingnya Pembelajaran Matematika
      Matematika sebagai salah satu ilmu dasar, dewasa ini telah berkembang cukup pesat baik dari segi materi maupun segi kegunaannya. Hal ini tidak dapat dipungkiri karena matematika merupakan salah satu pengetahuan dasar terpenting bagi sains dan teknologi yang sangat perlu bagi pembangunan. Lebih dari itu dalam kehidupan sehari-hari tidak ada orang yang terlepas dari hubungan hitung-menghitung/matematika. Pentingnya matematika di dunia pengetahuan dan teknologi dan kehidupan sehari-hari perlu dipahami dan dikuasai anak didik sejak dini sesuai dengan perkembangan intelektualnya (Depdikbud, 1992).
b.   Tujuan Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar
            Tujuan pembelajaran matematika di Sekolah Dasar sejalan  dengan fungsinya yaitu :
(1)         Menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan berhitung.
(2)         Menanamkan pengertian bilangan dan kecakapan dasar berhitung.
(3)         Meletakkan landasan berhitung yang kuat untuk mempelajari pengetahuan lebih lanjut.
(4)         Menumbuhkan kemampuan siswa yang dapat dialihgunakan.
(5)         Memberikan bekal kemampuan dasar matematika serta membentuk sikap logis, cermat, kreatif, dan disiplin.
(6)         Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan mempraktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
c.   Karaktreristik Pengajaran Matematika
      Karakteristik pengajaran matematika adalah sebagai berikut :
(1)         Diajarkan secara bertahap dimulai dari yang konkrit ke abstrak, dari hal yang paling dekat sampai ke yang jauh, dari hal yang sederhana ke hal yang sulit.
(2)         Mengikuti model spiral, yaitu dalam memperkenalkan konsep baru selalu mengkaitkannya pada konsep yang telah dipelajari karena konsep baru merupakan perluasan dan pendalaman konsep sebelumnya.
(3)         Matematika berpola  pikir deduktif, yaitu memahami suatu konsep melalui pemahaman defenisi umum, kemudian contoh. Tetapi pengajaran matematika di Sekolah Dasar (SD) digunakan pola pendekatan induktif, yaitu mengenal konsep melalui contoh karena secara psikologi siswa SD diwarnai tahap berpikir konkrit.
(4)         Pengajaran matematika menganut kebenaran konsestansi, yaitu kebenaran yang konsentrasi atau tetap, tidak ada pertentangan antara konsep yang satu dengan yang lain. Satu pernyataan yang dianggap benar bila didasarkan atas pernyataan sebelumnya yang sudah dianggap benar (Depdikbud, 1993).

d.   Konsep Belajar melalui Alat Peraga pada Pembelajaran Matematika
            Dalam proses belajar mengajar kita sering menjumpai siswa yang mengalami kesulitan dalam mengikuti pelajaran, sehingga pada akhir pelajaran ada sejumlah siswa yang belum berhasil. Maksud meningkatkan pemahaman dan keterampilan di sini  adalah pencapaian taraf penguasaan minimal yang ditetapkan secara perorangan maupun secara kelompok. Tujuan utama dari konsep meningkatkan pemahaman dan keterampilan  melalui alat peraga adalah usaha agar dikuasainya bahan pelajaran. Menurut Direktorat Pendidikan Dasar (1994), tujuan utama meningkatkan pemahaman dan keterampilan melalui alat peraga adalah :
(1)   Meningkatkan pemahaman siswa.
(2)   Meningkatkan keterampilan siswa
            Kriteria meningkatkan pemahaman dan keterampilan siswa melalui alat peraga dalam menguasai bahan pelajaran menurut Direktorat Pendidikan Dasar (1994) sebagai berikut :
(1)   Meningkatkan pemahaman dan keterampilan belajar perorangan.
(2)   Meningkatkan pemahaman dan keterampilan belajar klasikal.
            Suatu kelas disebut meningkat pemahaman dan keterampilan bila pada kelas telah  tersebut terdapat 85 persen siswa yang memperoleh nilai baik.
            Banyak faktor yang menyebabkan anak mengalami kesulitan dalam mengikuti pembelajaran matematika. Saleh (1998) mengemukakan ketidak-berhasilan siswa dalam belajar matematika antara lain disebabkan oleh :
(1)   Siswa tidak menangkap konsep dengan benar.
(2)   Siswa tidak menangkap arti dari lambang.
(3)   Ketidaklengkapan pengetahuan.
Alasan dalam pengajaran matematika di SD diperlukan alat peraga yaitu :
(1)   Dengan alat peraga siswa akan lebih senang mengikuti pelajaran matematika karena ada sesuatu yang diamati dan dimanipulasi.
(2)   Konsep matematika yang abstrak disajikan dalam bentuk nyata mudah dipahami siswa pada tingkat-tingkat lebih rendah  seperti kelas I, II, dan III.
(3)   Alat peraga membantu daya tilik ruang karena siswa tidak perlu membayangkan bentuk-bentuk geometri terutama geometri ruang (Depdikbud, 1994).

2.   Seni Lipat dan Menggunting Kertas (Origami)
                  Pembelajaran matematika dapat dibuat menyenangkan dan mengasyikkan melalui permainan seni melipat dan menggunting kertas yang terkait dengan kreativitas, mewarnai serta bercerita (Dewi Fauziah, 2003 : 28).
                  Adapun yang dimaksud Origami menurut Sudjianto dalam bukunya yang berjudul “Kamus Istilah Masyarakat dan Kebudayaan  Jepang “ menyebutkan bahwa Origami adalah seni melipat kertas menggunakan keterampilan tangan dengan teknik dan ketelitian tinggi    tanpa menggunakan gunting atau alat potong lainnya dan tidak menggunakan lem perekat dengan hanya menggunakan selembar kertas segi empat yang dilipat-lipat dan diciptakan keanekaragaman hasil karya lipat berwarna (Sudjianto, 2002 : 82)
                  Melalui kegiatan melipat kertas (origami), konsep pecahan yang menimbulkan kesulitan pada banyak siswa sehingga mengakibatkan timbulnya sikap yang tidak menguntungkan terhadap mata pelajaran matematika yang akhirnya menjadi penghambat dalam pembelajaran matematika itu sendiri diharapkan dapat teratasi. Sehingga hasilnya dapat mengubah sikap hidup mereka yang kemudian hari menjadi orang dewasa yakni menjadikan suatu pekerjaan yang tidak menarik dan membosankan menjadi pekerjaan yang menarik dan menyenangkan bahkan mengasyikkan serta rasa percaya diripun lebih terpelihara. Dengan demikian pelajaran matematika yang dianggap oleh sebagian siswa sebagai mata pelajaran yang membosankan dan memusingkan kepala dapat dibuat menarik dengan kegiatan seni melipat kertas dalam proses pembelajaran.
                        Berdasarkan penjelasan di atas, maka penulis mengambil judul :                               “ Meningkatkan  Kemampuan  Siswa Membanding Pecahan Melalui Alat Peraga Seni Melipat Kertas (Origami) Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Kelas III SDN Sinar Baru 1 Kecamatan Rantau Badauh “.

3.   Model Pembelajaran Kooperatif
                  Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran dimana siswa dalam satu kelas dibagi menjadi beberapa kelompok dengan anggota 4 – 5 orang yang heterogen, kemampuannya, ras, budaya, suku dan jenis kelamin. Menurut Arens (1997 : 111) pembelajaran yang menggunakan model kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a.      Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menyelesaikan soal.
b.      Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah.
c.   Jika mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku dan jenis kelamin yang berbeda-beda.
d.     Penghargaan lebih berorientasi pada kelompok daripada individu.
            Pembelajaran kooperatif dilaksanakan mengikuti tahapan sebagai berikut :
Tahapan 1           :  Menyampaikan tujuan pembelajaran dan perlengkapan  belajar.
Tahapan 2           :     Menyampaikan informasi
Tahapan 3           :     Mengatur siswa dalam kelompok belajar
Tahapan 4           :     Membantu siswa belajar dan bekerja kelompok.
Tahapan 5           :     Memberikan penghargaan

4.   Model Kooperatif Tipe STAD
                  . Proses pembelajaran kooperatif tipe STAD dilaksanakan beberapa tahapan sebagai berikut :
a.       Student Team Achievement Division (STAD) merupakan model pembelajaran kooperatif yang sederhana Menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan memotivasi siswa.
b.      Menyampaikan informasi mengenai topik yang akan dipelajari.
c.       Mengatur siswa dalam kelompok belajar yang anggotanya antara 4 – 5 orang siswa dengan anggota yang heterogen.
d.      Membantu siswa belajar dan bekerja kelompok. Guru memberikan bimbingan bila diperlukan selama siswa menyelesaikan tugas.
e.       Memberikan penghargaan kepada siswa setelah menyelesaikan tugas kemudian memberikan evaluasi secara individu dalam kelompok.
Penghargaan kelompok dilakukan dalam dua tahapan, yaitu :
i.    Menghitung skor individu dan skor kelompok dengan aturan seperti tabel berikut (Slavin 1995 : 80)
Skor Tes
Nilai Perkembangan
Lebih dari 10 poin di bawah skor awal
5
10 poin – 1 poin di bawah skor awal
10
Skor awal sampai 10 poin di atasnya
20
Lebih dari 10 poin di atas skor awal
30
Nilai sempurna
30

ii. Memberikan penghargaan atas prestasi kelompok, dibedakan atas tiga tingkatan sebagai berikut :
(1)         Kelompok dengan rata-rata skor < 15 sebagai kelompok baik
(2)         Kelompok dengan rata-rata skor 15 < n < 25 sebagai kelompok hebat.
(3)         Kelompok dengan rata-rata skor n > 25 sebagai kelompok hebat.

5.   Model Kooperatif Learning
            Pembelajaran kooperatif merupakan suatu pendekatan untuk keperluan pengelolaan kelas yang mencakup beraneka ragam teknik untuk membina hubungan antara guru dan siswa. Pengajaran ini dimaksudkan tidak menyelidiki siapa yang akan berperan serta dalam jam pelajaran tertentu, melainkan membina dan mengoptimalkan bagaimana siswa belajar.
            Dalam pembelajaran kooperatif suatu kelas yang terdiri banyak siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil itu dibentuk berdasarkan persamaan minat siswa dalam mempelajari masalah atau pokok bahasan tertentu, atau dasar persahabatan dan tidak didasarkan atas persamaan EQ.
            Salah satu tujuan utama pembelajaran kooperatif adalah membantu siswa mengekspresikan kemampuan berkomunikasi dengan teman sekelas yang diwujudkan dalam bentuk kerja sama di antara siswa dalam kelas. Siswa termotivasi untuk meningkatkan kerja sama dengan kelompok lain, dan juga terjadi peningkatan perkembangan sikap positif.
     
C. PEMBAHASAN
               Dari temuan kegiatan belajar yang dilaksanakan selama 2 siklus 5 kali pertemuan, maka dapat direfleksikan sebagai berikut :
1.            Kegiatan belajar dengan aktivitas pendekatan kooperatif STAD dan media seni melipat kertas (origami) dinyatakan berhasil dengan nilai akhir rata-rata 7,69.
2.            Kegiatan aktivitas siswa pada awalnya kurang terarah disebabkan siswa belum terbiasa belajar sambil bermain serta belajar kelompok dengan menggunakan totur sebaya.
3.            Berdasarkan hasil observasi pembelajaran, observasi kegiatan siswa dan guru, penilaian hasil belajar dalam 2 siklus dan nilai yang dicapai pada tes untuk akhir siklus I dan siklus II dinyatakan berhasil dengan tujuan pembelajaran yang tercapai.
               Berdasarkan hasil penelitian, maka hipotesis tindakan yang berbunyi “Meningkatkan  Kemampuan  Siswa    Membanding  Pecahan Melalui Alat Peraga Seni Melipat Kertas (Origami) melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Kelas III SDN Sinar Baru 1 Kecamatan Rantau Badauh” terbukti kebenarannya.

KESIMPULAN
               Berdasarkan refleksi hasil tindakan kelas siklus I dan II pada penelitian ini, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.   Tindakan kelas siklus I dengan pembelajaran matematika pokok bahasan pecahan dan topiknya membanding dua pecahan berpenyebut sama dan membanding dua pecahan berpenyebut berbeda di Kelas III SDN Sinar Baru 1 Kecamatan Rantau Badauh Kabupaten Barito Kuala dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD melalui media seni melipat kertas (origami), menunjukkan hasil yang belum maksimal. Nilai tes siklus I pertemuan pertama rata-rata 5,54. Pertemuan kedua rata-rata nilai 5,76. Hal ini masih dibawah kriteria nilai ketuntasan belajar yang ditetapkan oleh kurikulum matematika SD.
2.   Tindakan kelas siklus II dengan mengamati hasil yang ditetapkan pada refleksi tindakan kelas siklus I dilakukan pembelajaran matematika dengan pokok bahasan pecahan dan topiknya membandingkan dua pecahan berpenyebut sama dan membandingkan dua pecahan berpenyebut berbeda di Kelas III SDN Sinar Baru 1 Kecamatan Rantau Badauh Kabupaten Barito Kuala menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD melalui media seni melipat kertas (origami), menunjukkan nilai yang baik dan ketuntasan belajar yang diharapkan. Nilai tes siklus II pertemuan pertama menunjukkan rata-rata nilai 5,92 pertemuan kedua rata-rata nilai 7,00 dan pada pertemuan ketiga rata-rata nilai 7,92. Dari gambaran kegiatan siklus II ini, maka kriteria di atas nilai ketuntasan belajar yang ditetapkan kurikulum matematika rata-rata 6,00.
3.      Dari tabel hasil tes untuk siklus I dan siklus II menggambarkan bahwa model pembelajaran pendekatan kooperatif tipe STAD dan seni melipat kertas (origami) mampu memudahkan pemahaman membandingkan pecahan pada siswa Kelas III SDN Sinar Baru 1 Kecamatan Rantau Badauh Kabupaten Barito Kuala.


DAFTAR PUSTAKA

Baharin Samsudin. 2007. Kamus Matematika Bergambar. Jakarta : PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
Depdikbud. 1994. Kurikulum Pendidikan Dasar. Jakarta : Direktorat Pendidikan dasar.
Depdikbud. 1995. Pengelolaan Kelas di Sekolah Dasar. Jakarta : Direktorat Pendidikan Dasar.
Depdikbud. 1999. Kurikulum SD 1994 yang Disempurnakan Suplemen GBPP Matematika. Jakarta : Depdiknas.
Dewi Utama Faizah. 2003. Belajar Mengajar yang Menyenangkan. Solo : Tiga Serangkai. Pustaka Mandiri.
Indrawati. 2001. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : Direktorat Pendidikan Dasar Menengah.
Sudjianto. 2003. Kamus Istilah Masyarakat dan Kebudayaan Jepang. Jakarta : Reneka Cipta.
Sukidin, dkk. 2002. Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. Surabaya : Insan Cendikia.
……………. 2003. Matematika 3a untuk Kelas III. Jakarta : Depdikbud Propinsi Kalimantan Selatan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar